KETUBAN PECAH DINI
TAHUN
2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai
Persyaratan
Penambahan Nilai Mata
Kulia Bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
MEISA LESTARI
B.2015089
POLITEKNIK
KESEHATAN PROVINSI BENGKULU
JURUSAN
KEBIDANAN
TAHUN
2015
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat
Allah SWT, karena berkat Rahmat dan KaruniaNya maka penulis akhirnya dapat
menyelesaikan Karya tulis ilmiah yang berjudul “ ketuban pecah dini “ ini disusun sebagai bentuk penambahan nilai mata
kulia Bahasa Indonesia.
Atas tersusunnya karya tulis ilmiah ini,
maka perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada :
1. Ibu
Desi selaku dosen mata kulia bahsa
Indonesia dan selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan saran selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
2. Terimakasih untuk dosen yang sudah bersedia penulis
mintai saran dan pendapat terutama bunda Nuke Asmita , bunda Yulianthi, dan
juga penjaga perpus yang hampir setiap hari bosan melihat muka saya.
3. Kedua
orang tua saya, nenek, dan kakak-kakak saya yang telah memberikan semangat,
kasih sayang, dorongan baik material maupun spiritual serta doa kepada saya.
4. Teman-teman
mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Provinsi Bengkulu yang banyak memberikan
bantuan, saran, nasihat terutama sahabat saya Mira, Chairunnnisa , Mepi, Nevi,
Popa.
Penulis sangat menyadari dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Pada kesempatan ini
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak,
yang akan membantu demi perbaikan dan kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap
semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai suatu
acuan untuk pembuatan karya tulis ilmiah berikutnya yang lebih baik.
Bengkulu, Desember 2015
Penulis
Poltekkes
Provinsi Bengkulu Jurusan Kebidanan
Karya
Tulis Ilmiah, Desember 2015
Meisa
Lestari
B.2015089
KETUBAN PECAH DINI
TAHUN 2015
ABSTRAK
Latar
Belakang :
Ketuban Pecah Dini (KDP) yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda
inpartu. Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasanya dapat di sebabkan oleh
Penyebab dari kasus ini adalah infeksi pada seelaput ketuban, Servik yang
inkompetensia,Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, Kelainan letak
seperti sungsang.
Tujuan
: adalah untuk memenuhi tugas akhir semester mata
kuliah bahasa Indonesia, dan agar dapat mengetahui penyebab-penyebab terjadinya
ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Metode : menggunakan metode
studi pustaka yang merupakan teknil
pengumpulan data dan informasi yang bersumber dari dokumen-dokumen atau
buku-buku dengan cara menyimak lalu menyalinnya.
Hasil
: Penyebab dari kasus ini adalah infeksi,trauma,kelainan letak. dan beberapa
faktor risiko yaitu inkompetensi serviks (leher rahim), Kelainan atau kerusakan
selaput ketuban,trauma pada ibu dan infeksi pada kehamilan seperti bakterial
vaginosis.
Kesimpulan
: Dari hasil penelitian berdasarkan studi puskata
peneliti bisa mendapat ilmu yang sangat berguna.
Kata
Kunci : Ketuban, ketuban pecah
dini,penyebab.
Kepustakaan : (2003-2014)
MOTTO
§ Keberanianmu adalah kekuatanmu.
§ Hidup adalah perjungan, dan perjungan adalah hidup.
§ Kegagalan
adalah awal dari keberhasilan, keberhasilan penentu masa depan, keajaiban
berasal dari Tuhan.
§ Musuh
yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang
paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini aku persembahkan
kepada :
§ Kedua
orang tuaku tercinta,Alian Syamsudin
dan Sanawiyah Rauf yang selalu memotivasi, memberikan arahan, nasihat,
doa yang tak terhingga untuk masa depanku, serta kasih sayang dan pengorbanan
kalian dan dukungan moral maupun material. Terimakasih untuk semuanya, tetap
sehat agar anakmu ini bisa berbakti dan membuat kalian bangga.
§ Untuk kakakku Nesti , terimakasih untuk segalah
kekuatan dan semangat yang sangat-sangat berarti, yang selalu menjadi pemacu
adikmu ini ketika drop dalam belajar.
§ Keluarga
besarku khususnya nenekku
tersayang yang selalu
memberikan nasihat dan doa kepadaku, serta kasih sayang yang tak terhingga
kepada cucumu ini nek.
§ Dosen
pembimbing mata kuliah bahasa indonesia Ibu Desi Yulistiani
M.pd beliau yang terus memotivasi,
memberikan arahan , dan saran dalam pembuatan KTI ini.
§ Sahabatku
tersayang Nia veronica yang terus memberikan
bantuan kepada ku, terimaksih love you nyak. Terimaksih juga sahabatku
Mira,Icha,Mepi,Nevi,Popa yang sabar dengan segalah macam bentuk sifatku. Dan
untuk rekan-rekan kelas 1c kebidanan semoga kita tetap selalu rukun dan akur no
geng-geng lagi.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
ABTRAK........................................................................................................
MOTTO...........................................................................................................
PERSEMBAHAN..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..............................................................................
B.
Perumusan Masalah.......................................................................
C.
Tujuan Studi Kasus...................................................................
D.
Manfaat Studi Kasus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori Ketuban...........................................................................
B.
Teori Ketuban Pecah Dini .......................................................
1.
Pengertian ...........................................................................
2.
Etiologi .....................................................................................
3.
Tanda dan Gejala .....................................................................
4.
Diagnosa...............................................................................
5.
Kriteria Diagnosis.................................................................
6.
Diagnosi Diferensial.............................................................
7.
Perawatan Rumah sakit........................................................
8.
Lama Perawatan...................................................................
9.
Masa Pemulihan...................................................................
C.
Pemeriksaan Penunjang............................................................
D.
Komplikasi ...............................................................................
E.
Penatalaksanaan........................................................................
F.
Pencegahan...............................................................................
BAB III
METODOLOGI
A. Pengertian
studi pustaka...........................................................
B. Hubungan
studi pustaka dengan kasus.....................................
BAB IV
PENELITIAN
A.
Metopi penelitian ..........................................................................
B.
Pembahasan ..................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
...................................................................................
B. Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menurut
World Health Organization (WHO) bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin
meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang. Sebagian besar kematian ibu
terjadi di negara berkembang karena kurang mendapat akses pelayanan kesehatan,
kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan, persalinan “dukun” disertai
keadaan sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah.
Di
Indonesia angka kematian ibu masih tinggi dan merupakan masalah yang
menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan
masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menurut hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu
(AKI) sebanyak 228/100.000 kelahiran hidup. Dalam upaya mempercepat
penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategi “Empat Pilar
Save Motherhood“ meliputi keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan
yang aman dan pelayanan obstetrik esensial.
( Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) ).
Jumlah
kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan pada tahun 2008 sebanyak 121 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk tahun
2009 jumlah kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 118 per 100.000
kelahiran hidup. Dan berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2010, Angka Kematian Ibu menurun yang di
perkirakan 115 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab kematian yang
disebabkan oleh adanya perdarahan sebanyak 54 orang (46,96%), infeksi 2 orang
(1,74%),preeklamsi/eklampsia 23 orang (20%),dan lain-lain 36 orang (31,30%).
Ketuban
Pecah Dini merupakan masalah yang masih kontroversial dalam kebidanan.
Penanganan yang optimal dan yang baku belum ada bahkan selalu berubah. Ketuban
Pecah Dini merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan dan persalinan yang berperan
dalam meningkatkan kesakitan dan kematian meternal-perinatal yang dapat
disebabkan oleh adanya infeksi, yaitu dimana selaput ketuban yang menjadi
penghalang masuknya kuman penyebab infeksi sudah tidak ada sehingga dapat
membahayakan bagi ibu dan janinnya.
(Hakimi 2010 )
Ketuban Pecah Dini (KDP)
yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda inpartu, dan setelah ditunggu
selama satu jam belum juga mulai ada tanda tanda inpartu. Early rupture of membrane adalah ketuban yang pecah pada saat fase
laten. Hal ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden
intrauterine (Manuaba,2012: 72). Persalinan dengan
Ketuban Pecah Dini biasanya dapat di sebabkan oleh Penyebab dari kasus ini
masih belum diketahui Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah infeksi pada seelaput ketuban,
Servik yang inkompetensia,Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,
Kelainan letak seperti sungsang juga
sanggt mendongkrak terjadinya kasus ketuban pecah dini ini.
Oleh sebab itu, Ketuban Pecah Dini memerlukan pengawasan yang ketat dan
kerjasama antara keluarga dan penolong (bidan dan dokter) karena dapat
meyebabkan bahaya infeksi intra uterin yang mengancam keselamatan ibu dan
janinnya. Dengan demikian, akan menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu
dan bayinya. (Manuaba, 2008)
Berdasarkan
besarnya angka kejadian Ketuban Pecah Dini maka penulis tertarik untuk mengkaji
permasalahan dengan memaparkannya lewat Karya Tulis Ilmiah dengan judul
Ketuban Pecah Dini sebagai wujud dan perhatian dan tanggung jawab
penulis dengan memberikan kontribusi pemikiran yang berkompeten dengan masalah
tersebut guna mencari solusi yang terbaik atas permasalahan yang di hadapi pada
ibu bersalin.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
masalah dalam penelitian ini adalah
masih tingginya kasus kejadian ketuban
pecah dini denagn ini
penulis akan memberikan pertanyaan penelitian
“apakah yang menjadi penyebab kertuban pecah dini, Berdasarkan asuhan
menajeman kebidanan”.
C. Tujuan
Studi kasus
1.
Tujuan umum
Melaksanakan dan meningkatkan kemampuan
penulis dalam penanganan asuhan kebidanan pada ibu yang mengalami ketuban pecah
dini
2.
Tujuan khusus
Sebagai
bentuk penambahan nilai akhir mata kuliah Bahasa Indonesia semester ganjil.
D.
Manfaat
Studi Kasus
1. Bagi
Diri Sendiri
Dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman
dalam menulis karya tulis ilmia ini.
2. Pendidikan
Sebagai sumber ilmu
tambahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
kebidanan dan terkhususnya dalam penanganan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Ketuban
Ketuban (cairan
ketuban) adalah cairan yang bening agak kekuning-kuningan, yang mengelilingi
bayi yang belum lahir (janin), bila cairan ini sudah tidak bening bahkan
kehijau-hijauan memperlihatkan tanda sudah terinfiksi kuman dari luar, infeksi
ini mengancam janin atau tergolong dengan gawat darurat janin sehingga janin
perlu diselamatkan agar tidak mendrita infeksi dalam kandungan ibunya. (Koes
Irianto,2014)
Di
dalam rahim, bayi mengapung dalam cairan ketuban. Cairan ketuban mengelilingi
dan mendukung bayi dalam seluruh perkembangannya. Jumlah cairan ketuban
terbesar adalah sekitar 34 minggu kehamilan.
Cairan
ketuban terus bergerak (beredar) saat bayi menelan dan menghirup cairan, dan
kemudian melepaskan atau menghembuskan cairan melalui urin.
Cairan ketuban
membantu:
1)
Perkembangan gerakan bayi di dalam
rahim, yang memungkinkan untuk pertumbuhan tulang yang tepat.
2)
Paru-paru bayi berkembang dengan baik
3)
Menjaga suhu relatif konstan di sekitar
bayi, melindungi dari kehilangan panas.
4)
Melindungi bayi dari cedera luar akibat
guncangan atau gerakan tiba-tiba.
Cairan ketuban yang
terlalu sedikit (oligohidramnion) atau terlalu banyak (polihidramnion) dapat
berbahaya bagi ibu dan bayinya.
B.
Teori
Ketuban Pecah Dini
1.
Pengertian KDP
Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah : pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan
/ sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya kelahiran. (Nugroho, 2010 : 1)
Ketuban Pecah Dini (KDP) yaitu pecahnya ketuban
sebelum ada tanda-tanda inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam belum
juga mulai ada tanda tanda inpartu. Early
rupture of membrane adalah ketuban yang pecah pada saat fase laten. Hal ini
bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden intrauterine.
(Manuaba,2012: 72)
Ketuban
pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai
sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan
infeksi ibu (Sarwono, 2008).
Ketuban pecah dini (KDP) atau ketuban pecah premature
(KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses kelahiran.
(Achmad, 2012 : 113)
Ketuban Pecah Dini (KDP) ialah suatu keadaan dimana
selaput ketuban pada kehamilan yang telah viabledan 6 jam setelah itu tidak
diikuti dengan persalinan. (Achadiat,.2004 : 81)
2.
Etiologi
Penyebab
KPD maasih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa
laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungna erat dengan KPD, namun
faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan
yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
a. Infeksi:
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
b. Servik
yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
c. Tekanan
intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli.
d. Trauma
yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis
menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
e. Kelainan
letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah.
f. Keadaan
sosial ekonomi.
g. Faktor
lain:
1) Faktor
golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
2) Faktor
disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3) Faktor
multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4) Definisi
gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
h. Beberapa
faktor risiko dari KPD:
1) Inkompetensi
serviks (leher rahim)
2) Polohidramnion
(cairan ketuban berlebih)
3) Riwayat
KPD sebelumnya
4) Kelainan
atau kerusakan selaput ketuban
5) Kehamilan
kembar
6) Trauma
7) Serviks
(leher rahim) yang pendek (<25 mm) pada usia kehamilan 23 minggu
8) Infeksi
pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
3.
Tanda
dan Gejala
a. Tanda
yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
b. Aroma
air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
c. Cairan
ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila Anda duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “menganjal” atau “menyumbat”
kebocoran untuk sementara.
d. Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
4.
Diagnosa
Menegakkan
diagnosa KPD secara tepat sangat penting.
a. Karena
diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan
bayi terlalu awal atau melakukan seksio sesaria yang sebetulnya tidak ada
indikasinya.
b. Sebaliknya
diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai
resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan jani, ibu atau keduanya.
c. Oleh
karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat.
d. Diagnosa
KPD diteggakan dengan cara:
(1) Anamnesa
Penderita merasa basah
pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan
lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna keluarnya cairan
tersebut, his belum teratus atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir
darah.
(2) Infeksi
Pengamatan dengan mata
biasa, akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan
jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
(3) Pemeriksaan
dengan spekulum
Pemeriksaan dengan
spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari ostium uteri eksternum (OUE),
kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk,
mengejan atau mengadakan manuver valsava, atau bagian terendah digoyangkan,
akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
(4) Pemeriksaan
dalam
Didalam vagina didapati
cairan dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu dipertimbangan,
pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.Pemeriksaan dalam
vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan induksi persalinan
dan dibatasi sedikit mungkin.
5.
Kriteria
Diagnosis
a. Usia
kehamilan viable (>20 minggu).
b. Keluar
cairan jernih dan agak lengket melalu kemaluan.
c. Tidak
ada demam (bila tidak terjadi infeksi).
d. Bunyi
jantung janin biasanya tetap normal.
e. Pemeriksaan
inspeculo: tampak cairan jernih dari
ostium uteri interium, apabila dilakuka tes dengan kertas nitrazin/lakmus merah
menjadi biru (karena cairan bersifat basa).
6.
Diagnosi
Diferensial
a. Kehamilan
dengan fistula vesiko-vaginal.
b. Kehamilan
dengan stress incontinence.
7.
Perawatan Rumah Sakit
Setiap kasus KDP harus dirawat dirumah sakit sampai
air ketuban berhenti mengalir (kehamilan preterm), atau tindakan terminasi
kehamilan.
8.
Lama Perawatan
a.
Konservatif :
sangat tergangtung pada usia kehamilan, lamanya KDP serta keadaan umum pasien (
terjadi infeksi atau tidak)
b.
aktif : 3 sampai
4 hari untuk partus per vaginam dan 4-5 hari untuk seksio sesarea.
9.
Masa Pemulihan
a.
Partus per
vaginam sekitar 40 hari
b.
Sekitar tiga
bulan untuk seksio sesarea
C.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Cairan yang
keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, kosentrasi, bau dan pH-nya.
b.
Cairan yang
keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine atau secret vagina.
c.
Secret vagina
ibu hamil pH :4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
d.
Tes lakmus (tes
Nitrazin), jika kertas lakmu merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air
ketuban (alklis). pH air ketuban 7-7,5 , darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes positif yang palsu.
e.
Mikroskopik (tes
pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan gambaran daun pakis.
2.
Pemeriksaan
untrasonografi (USG)
a.
pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
b.
Pada kasusn KDP
terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan
pada penderita olighidramnion.
D. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru
lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD
premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadi koriamnionitis (radang
pada klorin dan amnion). Selain itu kejadian proplas atau keluarnya tali pusar
dapat terjadi pada KPD.
Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 23 minggu.
1)
Infeksi
Intrauterin
2)
Tali pusat
menumbung
3)
Prematuritas
4)
Distosia.
E. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan
dalam mengelolah KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas ibu maupun bayinya.
Penatalaksanaan KPD masih dilema bagi sebgaian besar ahli kebidanan.
Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikan
insiden besar cesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikan
chorioamnionitis.
Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara aktif harus dipastikan
bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud
untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan
infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur tidak
diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
mengetahui umur kehamilan dan letak janin.
Resiko yang lebih tinggi sering pada KPD dengan janin kurang bulan
adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang
bulan perlu evaluasi untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada
umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru sudah matang,chorioamnionitis
yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama angka kematian ibu
dan bayi.
Pada kehamilan cukup bualn, infeksi janin lansung berhubungan dngan lama
pecahnya selaput ketuban atau lamanya pereode laten.
Ada 2 faktor yang terdapat dalam penatalaksanaannya.
1)
Konservatif
a.
Rawat dirumah
sakit
b.
Beri antibiotika
: bila ketuaban pecah > 6 jam berupa : Ampisilin 4 x 500 gr atau Gentamycin
1 x 800 mg.
c.
Umur kehamilan
<32-34 minggu : dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi.
d.
Bila usia
kehamilan 32-34 mainggu , masih keluar air ketuban, maka usia kehamilan 35
minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal sangat tergantung pada
kemampuan perawatan bayi premature)
e.
Nilai tanda
infeksi ( suhu, lekosit, tanda infeksi intrauterine.
f.
Pada usia
kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama untuk memacu kematangan paru
paru janin.
2)
Aktif
a.
Kehamilan >
35 minggu : induksi oksitosin, bila gagal dilakukan seksio sesaria. Cara
induksi : 1 ampul syntocinon dalam
Dektrose 5%, dimulai 4 tetes per menit , tiap ¼ jam dinaikan 4 tetes sampai
maksimum 40 tetes/menit.
b.
Pada keadaan
CPD, letak lintang dilakukan seksio sesaria.
c.
Bila ada tanda
infeksi : beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
F. Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup
efektif. Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau
awal triwulan ketiga dianjurkan.
Ada 3 macam bentuk solusio berdasarkan jumlah plasenta terlepas. Bila
plasenta terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila sebagian
plasenta parsialis. Dan , bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut
rupture sinus marginalis.
Pendarahan
yang terjadi pada solusio tidak selalu terlihat dari luar. Pada kasus yang
jarang, darah dapat tidak mengalir, tetapi tertahan di antara bagian plasenta
yang lepas dan uterus sehingga terjadi perndarahan tersembunyi. Bahkan,
pendarahan dapat menembus selaput ketuban lalu masuk ke dalam kantung ketuban.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Metode
Pengumpulan Data
Studi pustaka ialah teknik pengumpulan
data yang lakukan peneliti untuk mencari data dan informasi melalui
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,foto-foto, gambar, maupun dokumen
elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan.”Hasil penelitian juga
akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan
seni yang telah ada.”(Sugiyono,2005:83). Studi pustaka juga dapat memengaruhi
kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan studi
pustaka ini peneliti menggunakan buku-buku terbitan 2003-2014.
B.
Hubungan
Metode studi pustaka dengan Kasus
Metode
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi secara akurat dan tepat guna
menunjang kesempurnaan dari kasus penelitian mengenai ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini.
BAB IV
PENELITIAN
A.
Metode
Penelitian
Metode yang
digunakan peneliti yaitu metode studi pustaka yang merupakan teknil pengumpulan data dan informasi yang
bersumber dari dokumen-dokumen atau buku-buku dengan cara menyimak lalu
menyalinnya.
B. Pembahasan
Ketuban Pecah Dini merupakan
pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda inpartu, dan setelah ditunggu selama
satu jam belum juga mulai ada tanda tanda inpartu. ini bisa membahayakan karena
dapat terjadi infeksi asenden intrauterine Pada saat ini juga ibu dianjurkan
untuk melakukan secsario.
Penyebab dari kasus ini masih belum
diketahui Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah infeksi pada seelaput ketuban,
Servik yang inkompetensia,Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,
Kelainan letak seperti sungsang juga
sanggt mendongkrak terjadinya kasus ketuban pecah dini ini.
Setelah peneliti mengkaji
lagi ternyata ditemukan beberapa faktor risiko
dari ketuban pecah dini seperti
Inkompetensi
serviks (leher rahim), Kelainan atau kerusakan selaput ketuban,trauma pada ibu dan infeksi pada
kehamilan seperti bakterial vaginosis.
Pada penelitian ini juga
ditemukan tanda dan gejala penyebab terjadinya ketuban pecah dini yaitu keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina,Aroma
air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah,Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut.
Setelah mengetahui factor
penyebab, dan tanda gejala yang terjadi selanjutnya kita mengkaji dianosa
terhadap kasus ketuban pecah dini dengan cepat dan tepat. Anamnesa
menjadi diagnosa pertama yang didapat pada kasus ini karena penderita merasa basah
pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan
lahir, kemudian Infeksi pengamatan dengan mata
biasa,kita melihat akan tampak
keluarnya cairan dari vagina, kemudian
melakukan pemeriksaan dengan spekulum ini akan tampak keluar
cairan dari ostium uteri eksternum (OUE), Pemeriksaan dalam divagina akan terdapat
cairan dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan
dalam vagina dengan toucher perlu
dipertimbangan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan
tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.Pemeriksaan dalam
vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan induksi persalinan
dan dibatasi sedikit mungkin.
Sedangkan
untuk komplikasi peneliti
menyimpulan paling sering terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu pada
ketuban pecah dini preterm Resiko
kecacatan dan kematian janin sangat meningkat.
Ketuban pecah dini merupakan masalah
kontroversial dalam kasus kebidanan yang kerapkali menimbulkan konsekuensi yang
menyebabkan kematian ibu dan bayi meningkat terutama kematian
perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal disebabkan karena akibat kurang bulan,
dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama dan
partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus ketuban pecah dini
terutama pada pengelolaan konservatif
dan aktif.
Beberapa
pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif. Tetapi
dengan mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal
triwulan ketiga sangat dianjurkan untuk kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah
dini ini.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulam
Pada kesempatan ini penulis menyimpulkan
bahwa penyebab dari kasus ini masih belum diketahui Kemungkinan yang menjadi
faktor predisposisinya adalah infeksi pada seelaput ketuban, Servik yang
inkompetensia,Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, Kelainan letak
seperti sungsang sedangkan untuk melakukan pemeriksaan dalam dengan jari sangat tidak di anjurkan karena akan meningkatkan resiko infeksi.
Jika timbul tanda dan gejala ketuban pecah dini, diindikasikan untuk
segera berkonsultasi dengan dokter jika terjadi keterlambanan dalam penanganan kasus ketuban pecah
dini ini bisa menyebabkan kematian ibu dan bayi meningkat.
B.
Saran
1. Bagi
Diri Sendiri
Diharapkan
dengan mengkaji lebih dalam lagi mengenai permasalahn ini , semoga penulis
biasa menerapkannya dan dapat bertindak cepat dan tepat dalam kasus ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini.
2. Pendidikan
Diharapkan
dengan mengetahui permasalahan yang timbul pada ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini ini ,dapat lebih meningkatkan ilmu pengetahuan, dalam
menangani khususnya Ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba,Prof.dr.Ide
Bagus, dkk. 2007. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta : Buku Kedoktera EGC
M.Achadiat,Sp.OG
. 2004 . Prosedur tetap OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Hidayat,
Asri dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Feryanto,
Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis.
Jakarta : Salemba medika.
Nugroho, dr Taufan. 2012. OBSGYN OBSTETRI
dan GINEKOLOG kebidanan
dan keperawatan . Yogyakarta : Nuha Medika.
Alimul,
H.S. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar
manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Selemba Media.
Ida
Ayu,C.M. 2010. Ilmu KebIdanan, Penyakit
Kandungandan KB. Jakarta. EGC
Saryono. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Sudarti. 2010. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Varney H, Kriebs JM, Gegor CL. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta :
EGC