Teddy Bear Holding A Heart Balloon

Kamis, 17 Maret 2016

KTI KETUBAN PECAH DINI


KETUBAN PECAH DINI
 TAHUN 2015


KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Persyaratan
Penambahan Nilai Mata Kulia Bahasa Indonesia




Disusun Oleh :
MEISA LESTARI
B.2015089





 

POLITEKNIK KESEHATAN PROVINSI BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2015




KATA PENGANTAR

       Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan KaruniaNya maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah yang berjudul “ ketuban pecah dini “ ini disusun sebagai bentuk penambahan nilai mata kulia Bahasa Indonesia.
       Atas tersusunnya karya tulis ilmiah ini, maka perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1.    Ibu Desi selaku dosen mata kulia bahsa Indonesia dan selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
2.    Terimakasih untuk dosen yang sudah bersedia penulis mintai saran dan pendapat terutama bunda Nuke Asmita , bunda Yulianthi, dan juga penjaga perpus yang hampir setiap hari bosan melihat muka saya.
3.    Kedua orang tua saya, nenek, dan kakak-kakak saya yang telah memberikan semangat, kasih sayang, dorongan baik material maupun spiritual serta doa kepada saya.
4.    Teman-teman mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Provinsi Bengkulu yang banyak memberikan bantuan, saran, nasihat terutama sahabat saya Mira, Chairunnnisa , Mepi, Nevi, Popa.

       Penulis sangat menyadari dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, yang akan membantu demi perbaikan dan kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai suatu acuan untuk pembuatan karya tulis ilmiah berikutnya yang lebih baik.

Bengkulu,  Desember 2015


       Penulis

 
Poltekkes Provinsi Bengkulu Jurusan Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Desember 2015
Meisa Lestari
B.2015089
KETUBAN PECAH DINI
TAHUN 2015

ABSTRAK
Latar Belakang : Ketuban Pecah Dini (KDP) yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda inpartu. Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasanya dapat di sebabkan oleh Penyebab dari kasus ini adalah infeksi pada seelaput ketuban, Servik yang inkompetensia,Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, Kelainan letak seperti sungsang.
Tujuan : adalah untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah bahasa Indonesia, dan agar dapat mengetahui penyebab-penyebab terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Metode : menggunakan metode studi pustaka yang merupakan  teknil pengumpulan data dan informasi yang bersumber dari dokumen-dokumen atau buku-buku dengan cara menyimak lalu menyalinnya.
Hasil : Penyebab dari kasus ini adalah  infeksi,trauma,kelainan letak. dan beberapa faktor risiko yaitu inkompetensi serviks (leher rahim), Kelainan atau kerusakan selaput ketuban,trauma pada ibu dan infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian berdasarkan studi puskata peneliti bisa mendapat ilmu yang sangat berguna.

Kata Kunci      : Ketuban, ketuban pecah dini,penyebab.
Kepustakaan   : (2003-2014)


MOTTO

§  Keberanianmu adalah kekuatanmu.
§  Hidup adalah perjungan, dan perjungan adalah hidup.
§  Kegagalan adalah awal dari keberhasilan, keberhasilan penentu masa depan, keajaiban berasal dari Tuhan.
§  Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini aku persembahkan kepada :

§   Kedua orang tuaku tercinta,Alian Syamsudin dan Sanawiyah Rauf yang selalu memotivasi, memberikan arahan, nasihat, doa yang tak terhingga untuk masa depanku, serta kasih sayang dan pengorbanan kalian dan dukungan moral maupun material. Terimakasih untuk semuanya, tetap sehat agar anakmu ini bisa berbakti dan membuat kalian bangga.
§   Untuk kakakku Nesti , terimakasih untuk segalah kekuatan dan semangat yang sangat-sangat berarti, yang selalu menjadi pemacu adikmu ini ketika drop dalam belajar.
§   Keluarga besarku khususnya nenekku tersayang yang selalu memberikan nasihat dan doa kepadaku, serta kasih sayang yang tak terhingga kepada cucumu ini nek.
§   Dosen pembimbing mata kuliah bahasa indonesia Ibu Desi Yulistiani M.pd beliau yang terus memotivasi, memberikan arahan , dan saran dalam pembuatan KTI ini.
§   Sahabatku tersayang Nia veronica yang terus memberikan bantuan kepada ku, terimaksih love you nyak. Terimaksih juga sahabatku Mira,Icha,Mepi,Nevi,Popa yang sabar dengan segalah macam bentuk sifatku. Dan untuk rekan-rekan kelas 1c kebidanan semoga kita tetap selalu rukun dan akur no geng-geng lagi.



                                                         DAFTAR ISI                            
                                                                                   

HALAMAN SAMPUL..................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
ABTRAK........................................................................................................
MOTTO...........................................................................................................
PERSEMBAHAN..........................................................................................

BAB I      PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang..............................................................................
B.       Perumusan Masalah.......................................................................
C.       Tujuan Studi Kasus...................................................................
D.      Manfaat Studi Kasus                                                             

BAB II     TINJAUAN PUSTAKA
A.      Teori Ketuban...........................................................................
B.       Teori Ketuban Pecah Dini  .......................................................  
1.    Pengertian  ...........................................................................
2.    Etiologi .....................................................................................
3.    Tanda dan Gejala .....................................................................
4.    Diagnosa...............................................................................
5.    Kriteria Diagnosis.................................................................
6.    Diagnosi Diferensial.............................................................
7.    Perawatan Rumah sakit........................................................
8.    Lama Perawatan...................................................................
9.    Masa Pemulihan...................................................................
C.       Pemeriksaan Penunjang............................................................
D.      Komplikasi ...............................................................................
E.       Penatalaksanaan........................................................................
F.        Pencegahan...............................................................................

BAB  III  METODOLOGI
A.      Pengertian studi pustaka...........................................................
B.       Hubungan studi pustaka dengan kasus.....................................

BAB IV PENELITIAN
A.  Metopi penelitian ..........................................................................
B.  Pembahasan ..................................................................................
BAB V  PENUTUP
A.  Kesimpulan ...................................................................................
B.  Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Menurut World Health Organization (WHO) bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang. Sebagian besar kematian ibu terjadi di negara berkembang karena kurang mendapat akses pelayanan kesehatan, kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan, persalinan “dukun” disertai keadaan sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah.
      Di Indonesia angka kematian ibu masih tinggi dan  merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI)  sebanyak 228/100.000 kelahiran hidup. Dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategi “Empat Pilar Save Motherhood“ meliputi keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman dan pelayanan obstetrik esensial. ( Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) ).
      Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebanyak 121 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk tahun 2009 jumlah kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup. Dan berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2010, Angka Kematian Ibu menurun yang di perkirakan 115 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab kematian yang disebabkan oleh adanya perdarahan sebanyak 54 orang (46,96%), infeksi 2 orang (1,74%),preeklamsi/eklampsia 23 orang (20%),dan lain-lain 36 orang (31,30%).
      Ketuban Pecah Dini merupakan masalah yang masih kontroversial dalam kebidanan. Penanganan yang optimal dan yang baku belum ada bahkan selalu berubah. Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan dan persalinan yang berperan dalam meningkatkan kesakitan dan kematian meternal-perinatal yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi, yaitu dimana selaput ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman penyebab infeksi sudah tidak ada sehingga dapat membahayakan bagi ibu dan janinnya. (Hakimi 2010 )
Ketuban Pecah Dini (KDP) yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada tanda tanda inpartu. Early rupture of membrane adalah ketuban yang pecah pada saat fase laten. Hal ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden intrauterine (Manuaba,2012: 72). Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasanya dapat di sebabkan oleh Penyebab dari kasus ini masih belum diketahui Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah infeksi pada seelaput ketuban, Servik yang inkompetensia,Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, Kelainan letak seperti sungsang juga sanggt mendongkrak terjadinya kasus ketuban pecah dini ini. Oleh sebab itu, Ketuban Pecah Dini memerlukan pengawasan yang ketat dan kerjasama antara keluarga dan penolong (bidan dan dokter) karena dapat meyebabkan bahaya infeksi intra uterin yang mengancam keselamatan ibu dan janinnya. Dengan demikian, akan menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya. (Manuaba, 2008)
      Berdasarkan besarnya angka kejadian Ketuban Pecah Dini maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkannya lewat Karya Tulis Ilmiah dengan judul Ketuban  Pecah Dini sebagai wujud dan perhatian dan tanggung jawab penulis dengan memberikan kontribusi pemikiran yang berkompeten dengan masalah tersebut guna mencari solusi yang terbaik atas permasalahan yang di hadapi pada ibu bersalin.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah masih tingginya kasus kejadian ketuban pecah dini denagn ini penulis akan memberikan pertanyaan penelitian  “apakah yang menjadi penyebab kertuban pecah dini, Berdasarkan asuhan menajeman kebidanan”.

C.    Tujuan Studi kasus
1.   Tujuan umum
Melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam penanganan asuhan kebidanan pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini
2.      Tujuan khusus
Sebagai bentuk penambahan nilai akhir mata kuliah Bahasa Indonesia semester ganjil.

D.    Manfaat Studi Kasus
1.      Bagi Diri Sendiri
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman  dalam menulis karya tulis ilmia ini.
2.      Pendidikan
Sebagai sumber ilmu tambahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan  kebidanan  dan  terkhususnya dalam penanganan  pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.    Teori Ketuban
Ketuban (cairan ketuban) adalah cairan yang bening agak kekuning-kuningan, yang mengelilingi bayi yang belum lahir (janin), bila cairan ini sudah tidak bening bahkan kehijau-hijauan memperlihatkan tanda sudah terinfiksi kuman dari luar, infeksi ini mengancam janin atau tergolong dengan gawat darurat janin sehingga janin perlu diselamatkan agar tidak mendrita infeksi dalam kandungan ibunya. (Koes Irianto,2014)
Di dalam rahim, bayi mengapung dalam cairan ketuban. Cairan ketuban mengelilingi dan mendukung bayi dalam seluruh perkembangannya. Jumlah cairan ketuban terbesar adalah sekitar 34 minggu kehamilan.
Cairan ketuban terus bergerak (beredar) saat bayi menelan dan menghirup cairan, dan kemudian melepaskan atau menghembuskan cairan melalui urin.
Cairan ketuban membantu:
1)      Perkembangan gerakan bayi di dalam rahim, yang memungkinkan untuk pertumbuhan tulang yang tepat.
2)      Paru-paru bayi berkembang dengan baik
3)      Menjaga suhu relatif konstan di sekitar bayi, melindungi dari kehilangan panas.
4)      Melindungi bayi dari cedera luar akibat guncangan atau gerakan tiba-tiba.
Cairan ketuban yang terlalu sedikit (oligohidramnion) atau terlalu banyak (polihidramnion) dapat berbahaya bagi ibu dan bayinya.

B.     Teori Ketuban Pecah Dini
1.      Pengertian KDP
Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah : pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan / sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya kelahiran. (Nugroho, 2010 : 1)
Ketuban Pecah Dini (KDP) yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada tanda tanda inpartu. Early rupture of membrane adalah ketuban yang pecah pada saat fase laten. Hal ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden intrauterine. (Manuaba,2012: 72)
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Sarwono, 2008).
Ketuban pecah dini (KDP) atau ketuban pecah premature (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses kelahiran. (Achmad, 2012 : 113)
Ketuban Pecah Dini (KDP) ialah suatu keadaan dimana selaput ketuban pada kehamilan yang telah viabledan 6 jam setelah itu tidak diikuti dengan persalinan. (Achadiat,.2004 : 81)
2.      Etiologi
Penyebab KPD maasih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungna erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
a.       Infeksi: Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
b.      Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
c.       Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli.
d.      Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
e.       Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
f.       Keadaan sosial ekonomi.
g.      Faktor lain:
1)      Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
2)      Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3)      Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4)      Definisi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
h.      Beberapa faktor risiko dari KPD:
1)      Inkompetensi serviks (leher rahim)
2)      Polohidramnion (cairan ketuban berlebih)
3)      Riwayat KPD sebelumnya
4)      Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5)      Kehamilan kembar
6)      Trauma
7)      Serviks (leher rahim) yang pendek (<25 mm) pada usia kehamilan 23 minggu
8)      Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

3.      Tanda dan Gejala
a.       Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
b.      Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
c.       Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi  bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “menganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
d.      Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
4.      Diagnosa
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting.
a.       Karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio sesaria yang sebetulnya tidak ada indikasinya.
b.      Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan jani, ibu atau keduanya.
c.       Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat.
d.      Diagnosa KPD diteggakan dengan cara:
(1)   Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut, his belum teratus atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.
(2)   Infeksi
Pengamatan dengan mata biasa, akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
(3)   Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari ostium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau mengadakan manuver valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
(4)   Pemeriksaan dalam
Didalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.Mengenai pemeriksaan dalam  vagina dengan toucher perlu dipertimbangan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
5.      Kriteria Diagnosis
a.       Usia kehamilan viable (>20 minggu).
b.      Keluar cairan jernih dan agak lengket melalu kemaluan.
c.       Tidak ada demam (bila tidak terjadi infeksi).
d.      Bunyi jantung janin biasanya tetap normal.
e.       Pemeriksaan inspeculo: tampak cairan jernih dari ostium uteri interium, apabila dilakuka tes dengan kertas nitrazin/lakmus merah menjadi biru (karena cairan bersifat basa).
6.      Diagnosi Diferensial
a.       Kehamilan dengan fistula vesiko-vaginal.
b.      Kehamilan dengan stress incontinence.
7.      Perawatan Rumah Sakit
Setiap kasus KDP harus dirawat dirumah sakit sampai air ketuban berhenti mengalir (kehamilan preterm), atau tindakan terminasi kehamilan.
8.      Lama Perawatan
a.       Konservatif : sangat tergangtung pada usia kehamilan, lamanya KDP serta keadaan umum pasien ( terjadi infeksi atau tidak)
b.      aktif : 3 sampai 4 hari untuk partus per vaginam dan 4-5 hari untuk seksio sesarea.
9.      Masa Pemulihan
a.       Partus per vaginam sekitar 40 hari
b.      Sekitar tiga bulan untuk seksio sesarea

C.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Laboratorium
a.       Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, kosentrasi, bau dan pH-nya.
b.      Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine atau secret vagina.
c.       Secret vagina ibu hamil pH :4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
d.      Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmu merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alklis). pH air ketuban 7-7,5 , darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes positif yang palsu.
e.       Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan gambaran daun pakis.

2.      Pemeriksaan untrasonografi (USG)
a.       pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
b.      Pada kasusn KDP terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita olighidramnion.

D.    Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadi koriamnionitis (radang pada klorin dan amnion). Selain itu kejadian proplas atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1)      Infeksi Intrauterin
2)      Tali pusat menumbung
3)      Prematuritas
4)      Distosia.

E.     Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelolah KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.
Penatalaksanaan KPD masih dilema bagi sebgaian besar ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikan insiden besar cesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikan chorioamnionitis.
Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin.
Resiko yang lebih tinggi sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru sudah matang,chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama angka kematian ibu dan bayi.
Pada kehamilan cukup bualn, infeksi janin lansung berhubungan dngan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya pereode laten.
Ada 2 faktor yang terdapat dalam penatalaksanaannya.
1)      Konservatif
a.       Rawat dirumah sakit
b.      Beri antibiotika : bila ketuaban pecah > 6 jam berupa : Ampisilin 4 x 500 gr atau Gentamycin 1 x 800 mg.
c.       Umur kehamilan <32-34 minggu : dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d.      Bila usia kehamilan 32-34 mainggu , masih keluar air ketuban, maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal sangat tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature)
e.       Nilai tanda infeksi ( suhu, lekosit, tanda infeksi intrauterine.
f.       Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama untuk memacu kematangan paru paru janin.
2)      Aktif
a.       Kehamilan > 35 minggu : induksi oksitosin, bila gagal dilakukan seksio sesaria. Cara induksi  : 1 ampul syntocinon dalam Dektrose 5%, dimulai 4 tetes per menit , tiap ¼ jam dinaikan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit.
b.      Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan seksio sesaria.
c.       Bila ada tanda infeksi : beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

F.     Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif. Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan.
Ada 3 macam bentuk solusio berdasarkan jumlah plasenta terlepas. Bila plasenta terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila sebagian plasenta parsialis. Dan , bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut rupture sinus marginalis.
Pendarahan yang terjadi pada solusio tidak selalu terlihat dari luar. Pada kasus yang jarang, darah dapat tidak mengalir, tetapi tertahan di antara bagian plasenta yang lepas dan uterus sehingga terjadi perndarahan tersembunyi. Bahkan, pendarahan dapat menembus selaput ketuban lalu masuk ke dalam kantung ketuban.

BAB III
METODE PENELITIAN


A.    Metode Pengumpulan Data
Studi pustaka ialah teknik pengumpulan data yang lakukan peneliti untuk mencari data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan.”Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.”(Sugiyono,2005:83). Studi pustaka juga dapat memengaruhi kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan studi pustaka ini peneliti menggunakan buku-buku terbitan 2003-2014.

B.     Hubungan Metode studi pustaka dengan Kasus
Metode digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi secara akurat dan tepat guna menunjang kesempurnaan dari kasus penelitian mengenai ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.

BAB IV
PENELITIAN
A.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan peneliti yaitu metode studi pustaka yang merupakan  teknil pengumpulan data dan informasi yang bersumber dari dokumen-dokumen atau buku-buku dengan cara menyimak lalu menyalinnya.

B.     Pembahasan
Ketuban Pecah Dini merupakan pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada tanda tanda inpartu. ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden intrauterine Pada saat ini juga ibu dianjurkan untuk melakukan secsario.
Penyebab dari kasus ini masih belum diketahui Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah infeksi pada seelaput ketuban, Servik yang inkompetensia,Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, Kelainan letak seperti sungsang juga sanggt mendongkrak terjadinya kasus ketuban pecah dini ini.
Setelah peneliti mengkaji lagi ternyata ditemukan beberapa faktor risiko dari ketuban pecah dini seperti Inkompetensi serviks (leher rahim), Kelainan atau kerusakan selaput ketuban,trauma pada ibu dan infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.
Pada penelitian ini juga ditemukan tanda dan gejala penyebab terjadinya ketuban pecah dini yaitu keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah,Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut.
Setelah mengetahui factor penyebab, dan tanda gejala yang terjadi selanjutnya kita mengkaji dianosa terhadap kasus ketuban pecah dini dengan cepat dan tepat. Anamnesa menjadi diagnosa pertama yang didapat pada kasus ini karena penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir, kemudian Infeksi pengamatan dengan mata biasa,kita melihat akan tampak keluarnya cairan dari vagina, kemudian melakukan pemeriksaan dengan spekulum ini akan tampak keluar cairan dari ostium uteri eksternum (OUE), Pemeriksaan dalam divagina akan terdapat cairan dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam  vagina dengan toucher perlu dipertimbangan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
Sedangkan untuk komplikasi peneliti menyimpulan paling sering terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu pada ketuban  pecah dini preterm Resiko kecacatan dan kematian janin sangat meningkat.
Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial dalam kasus kebidanan yang kerapkali menimbulkan konsekuensi yang menyebabkan kematian ibu dan bayi meningkat terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal disebabkan karena akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus ketuban pecah dini terutama pada pengelolaan konservatif dan aktif.
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif. Tetapi dengan mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga sangat dianjurkan untuk kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini ini.
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulam
Pada kesempatan ini penulis menyimpulkan bahwa penyebab dari kasus ini masih belum diketahui Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah infeksi pada seelaput ketuban, Servik yang inkompetensia,Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, Kelainan letak seperti sungsang sedangkan untuk melakukan pemeriksaan dalam dengan jari sangat tidak di anjurkan karena akan  meningkatkan resiko infeksi.
Jika timbul tanda dan gejala ketuban pecah dini, diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika terjadi keterlambanan dalam penanganan kasus ketuban  pecah dini ini bisa menyebabkan kematian ibu dan bayi meningkat.
B.     Saran
1.      Bagi Diri Sendiri
Diharapkan dengan mengkaji lebih dalam lagi mengenai permasalahn ini , semoga penulis biasa menerapkannya dan dapat bertindak cepat dan tepat dalam kasus ibu bersalin  dengan ketuban pecah dini.


2.      Pendidikan

Diharapkan dengan  mengetahui permasalahan  yang timbul pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini ini ,dapat lebih meningkatkan ilmu pengetahuan, dalam menangani khususnya Ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba,Prof.dr.Ide Bagus, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Buku Kedoktera EGC
M.Achadiat,Sp.OG . 2004 . Prosedur tetap OBSTETRI DAN GINEKOLOGI. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Hidayat, Asri dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Feryanto, Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba medika.
Nugroho, dr Taufan. 2012. OBSGYN OBSTETRI dan GINEKOLOG kebidanan dan keperawatan . Yogyakarta : Nuha Medika.
Alimul, H.S. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Selemba Media.
Ida Ayu,C.M. 2010. Ilmu KebIdanan, Penyakit Kandungandan KB. Jakarta. EGC
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Sudarti. 2010. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Varney H, Kriebs JM, Gegor CL. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

My Blog List